Wednesday, October 22, 2008

Honorary Consul of the Federal Republic of Germany

Setelah kesalahan yang lalu tentang kurangnya persyaratan pengajuan aplikasi visa di Kedutaan Jerman di Jakarta, aku kembali ke Surabaya, rumah orang tuaku. Suami sudah berangkat ke Jerman duluan, terpaksa aku balik kucing, sambil menunggu persyaratan Mietvertrag dari Jerman yang diurus oleh suamiku begitu dia sampai disana.

Tanpa menunggu terlalu lama, Mietvertrag-pun jadi, dan akupun pede untuk kembali mengajukan visa. Karena pertimbangan pengiritan biaya transportasi untuk kembali ke Jakarta lagi, aku mencoba memanfaatkan Konsul Honorer Kedutaan Jerman di Surabaya. Pengajuan aplikasi visa juga bisa dilakukan di beberapa Konsul Honorer berikut lho.



Berikut alamat beberapa Konsul Honorer Kedutaan Jerman yang bisa dihubungi:

Konsul Honorer di Surabaya, Jawa
Mr (Dipl/Ing.) Harjanto Tjokrosetio
Honorary Consul of the Federal Republic of Germany
Konsul Honorer Republik Federal Jerman
Jl. Dr. Wahidin No. 29
Surabaya 60264, Jawa Timur
Tel.: 031-563 1871
Fax: 031-563 1872
E-Mail: germany@sby.dnet.net.id
Wilayah kerja administratif: Jawa Timur

Konsul Honorer di Denpasar, Bali

Mr Reinhold Jantzen
Honorary Consul of the Federal Republic of Germany
Konsul Honorer Republik Federal Jerman
Jl. Dr. Pantai Karang 17
Batujimbar-Sanur / Bali
Kotak Pos: P.O.Box 3100,
Denpasar 80228
Tel.: 0361-288 535
Fax: 0361-288 826
Wilayahkerja administratif: Bali dan Lombok

Berkas kembali aku susun, dan berangkatlah aku ke kantor Konsul Honorer di Surabaya. Situasinya tidak serumit dibanding Kedutaan Jerman. Kalau kebetulan tidak ada rombongan yang sedang bersamaan mengajukan visa, situasinya relatif lengang. Tidak perlu antre panjang seperti di Jakarta.


But I guess it wasn’t my luck, pertama kesana, lagi ada rombongan yang ngurus visa study. Ruangan kantor yang tidak begitu luas, jika memang sedang banyak yang mengajukan visa, memaksa para aplikan lain yang sedang menunggu giliran menunggu di luar pagar kantor (karena tidak ada ruang tunggu lain).

Akhirnya saatnya giliranku juga. Begitu diperiksa oleh petugas Konsul, ada beberapa persyaratan yang menurutnya perlu diperbaiki. Beberapa item tertentu dia anggap perlu ditambahkan, padahal seharusnya tidak diperlukan (belakangan aku ketahui demikian).


Walaupun tidak tertera pada daftar persyaratan, aku ikuti saja, karena toh dia yang berkuasa melakukan pengecekan terhadap semua berkas pengajuan visa awal di Konsul Honorer tersebut.

Ok, jadi aku ngantre lama for nothing. Karena terpaksa aku harus kembali keesokan harinya setelah melengkapi persyaratan yang diminta. Akan tetapi ada 1 item persyaratan yang dia garis bawahi, yaitu surat sponsor. Surat sponsor yang aku lampirkan menurut dia terlalu simple.

Dia menekankan, ada kemungkinan pihak Kedutaan akan menuntut surat sponsor resmi yang dikeluarkan oleh Kantor Imigrasi di Jerman (yang jelas, pasti pihak suami yang harus mengurusnya di Kantor Imigrasi di Jerman).

Tapi pada waktu itu, petugas Konsul tersebut memberikan pilihan padaku, kalau mau coba pakai surat sponsor yang simple itu ya coba saja, apa kata Kedutaan di Jakarta nanti. Karena intinya, semua dokumen yang diterima Konsul Honorer pasti akan dikirim ke Kedutaan di Jakarta.

Jadi, kalau ada kesalahan, feed back nya bisa sampai 1 minggu. Yeah, itu yang aku alami. Surat sponsorku tidak sesuai yang diminta. Akhirnya, gagal lagi mengurus visa kala itu.

Biaya-biaya pengurusan visa melalui Konsul Honorer lebih banyak daripada jika kita langsung mengurus di Kedutaan di Jakarta. Rinciannya antara lain (kurs tanggal 28 Agustus 2008):
1. Biaya pengurusan visa € 60 : Rp 815.000
2. Biaya pengesahan € 20 : Rp 280.000
3. Biaya pengiriman dokumen :Rp 45.000
Total Rp 1.140.000

Pada saat itu aku ok saja membayar biaya lebih, daripada harus mengeluarkan biaya yang mungkin sama besar tambahannya, tapi dengan mengorbankan waktu lebih juga jika pergi lagi ke Jakarta. Tapi dasar apes, ya itu tadi, terganjal surat sponsor.


Terpaksa, berkas yang sudah sempat mampir di Kedutaan di Jakarta kembali lagi ke tangan ku. Atas saran teman-teman seperjuanganku yang juga mengurus visa tinggal kumpul suami, aku harus mengurus surat sponsor di kantor pusat tempat suamiku bekerja.

Dan tempatnya di Jakarta. Gosh! Rasanya sia-sia banget kemaren-kemaren ngotot pingin hemat ngurus visa dari Surabaya aja, ternyata harus juga ngurus surat sponsor di Jakarta.

Terpaksa, berkas aku cabut, karena mau ngga mau, sekalian aja aku ngurus visa di Jakarta. Dan kerugian cabut berkas ngga sedikit. Saat itu dana yang bisa di refund hanya biaya pengurusan visa yang € 60 itu, mana harus rela dikurangi Rp 10.000 juga lagi. Apes… apes…

1 comment:

  1. kok extraordinary husband?? he..he..all of we are ordinary human...just a human with a great duty.
    PD abis ya gw..he..he..
    So...lets be human being !!!

    ReplyDelete