Saturday, October 11, 2008

The Deutsch Course

Berangkatlah kami ke Bandung. Untuk informasi, penerbit sertifikat bahasa Jerman A1 yang resmi adalah Goethe Institut. Dan berikut aku lampirkan daftar alamat Goethe Institut di Indonesia.

1. Goethe-Institut Bandung
Jl. L.L.R.E. Martadinata 48
Bandung 40115
Tel:+62 22 4236440
Fax:+62 22 4204041
E-mail : vl@bandung.goethe.org




2. Goethe-Institut Jakarta
Jl. Sam Ratulangi 9-15
Jakarta 10350
Postadresse:
P.O.Box 3640
Jakarta 10036
Tel:+62 21 23550208
Fax:+62 21 23550021
E-mail : info@jakarta.goethe.org

3. Goethe-Zentrum Surabaya
Yayasan Goethe Indonesia
Taman A.I.S. Nasution 15
Surabaya, 60271
Prüfung: SD1, SD2, ZD, ZMP
Tel.: +62 31 5343735
Fax: +62 31 5319506
E-mail : goethe1@sby.dnet.net.id

Sumber : http://www.goethe.de/

Sebagai tambahan info, biaya ujian A1 di Goethe Zentrum Surabaya saat itu (25 Agustus 2008) adalah Rp725.000,- (mungkin sesuai kurs saat itu, karena pada website resmi Kedutaan Jerman, biaya ujian untuk peserta umum/bukan siswa kursus adalah € 50).

Selisih Rp5.000,- dengan biaya ujian A1 di Goethe Institut Bandung yang hanya Rp720.000,-. Biaya ujian akan lebih murah jika anda adalah siswa kursus ditempat tersebut (€ 40). Untuk info kursus, jadwal ujian dan biaya ujian yang lebih up to date dapat ditanyakan langsung ke alamat-alamat tersebut diatas.

Ternyata untuk menyamakan program kursus bahasa Jerman suamiku pada saat itu yang hanya 1 bulan agar bisa sekelas dengan mereka, tidak semurah perkiraan kami. Bisa dibilang program kursus mereka Super Intensif, dan biayanya Rp 6 juta-an per orang.

Tapi thank God, karena saat itu musim liburan, ada juga kelas liburan untuk kursus 1 bulan, dengan harga normal, Rp 1,7 juta-an. Kayanya ngga sering-sering lho ada moment itu, jarang-jarang aja kalo pas liburan sekolah.

Anyway.. walaupun kelihatannya aku mau jalan-jalan ke Eropa, tapi aku tidak cukup kaya untuk beli pendidikan semahal itu. :( Apalagi menurutku ini cuma dilakukan agar salah satu persyaratan visa terpenuhi. Benar-benar kebutuhan luxury.

Padahal pada akhirnya aku sadar, yang namanya pendidikan tidak pernah ada ruginya kan. Untungnya, dulu di SMA aku pernah kursus bahasa Jerman juga (itu juga buah dari ke-ngotot-an ibuku yang bercita-cita anaknya bisa kuliah di luar negeri, walaupun akhirnya cita-citanya, well.. bukan ngga kesampaian sih, tapi sedikit berbelok dari tujuan awal, aku “cuma” bisa menikahi suami yang luckily bisa membawa aku kesana).

Ngga main-main, aku pernah kursus 1,5 tahun, walaupun sudah 10 tahun yang lalu sih! Pada saat aku juga pernah mendapatkan sertifikat level dasar G1 (Grundstuffe 1) yang – setelah aku tanyakan ke personel Goethe sendiri – juga setara dengan A1.

Akan tetapi, setelah ditolak oleh Kedutaan, dengan alasan sertifikat yang saat ini diakui adalah A1, maka mau tidak mau, aku harus ikut aturan main mereka.

Dengan lagi bermodalkan nekat, aku ikut belajar privat dari suamiku, walaupun bukan dalam kelas kursus, tapi malahan sambil mesra-mesraan dirumah (kebetulan di Bandung, Cimahi, ada rumah ayahku, jadi kita ngga perlu kost dan bisa hemat biaya kost selama disana) – kan sama suami sendiri, yee.. ngga boleh ngiri!

Singkat kata, akhirnya aku malah mengikuti ujian A1 di Goethe Zentrum Surabaya – karena pada saat suami kursus di Bandung dan ada ujian juga, aku belum pede dengan kemampuan bahasa Jerman ku untuk mengikutinya pada waktu itu, jadi aku perlu tambahan waktu untuk belajar otodidak lagi dirumah (rumah ibuku, karena begitu pergi dari Balikpapan, aku kembali ke kampung di Surabaya) – and I passed!! With good result too!

Tapi memang bukan hal yang mudah. Dan bukan berarti aku jenius. Beberapa info yang aku dapat, tidak semua orang bisa mulus lolos ujian sertifikasi A1 ini, walaupun mereka sudah kursus jungkir balik.

A little tips, biar tambah fokus, coba deh latihan denger conversation bahasa Jerman dengan headset, seperti ini misalnya:

GENIUS Headphone [GHP-400F] - White

Aku sempat ge-er merasa superior, walaupun tidak perlu mengikuti kursus lagi, tinggal ujian, tapi bisa langsung lulus, nilainya bagus pula.

Tapi aku juga bertanya-tanya, ada apa dengan mereka-mereka yang tidak lulus? Adikku lah yang menyadarkanku dari gede rasa yang sempat aku alami. Dia mengingatkan bahwa dulu aku pernah kursus 1,5 tahun, walaupun sudah lama, ilmu yang sudah sedemikian lama aku pelajari pasti lebih tertancap daripada mereka-mereka yang kursus kilat 1 bulan saja.

Yah.. walaupun hanya segelintir orang saja yang tidak lulus ujian itu. Benar juga! Jadi bukan karena aku jenius, tapi karena aku lebih beruntung, dalam semua hal!

1 comment: