Saturday, December 19, 2009

Pengalaman Hamil dan Melahirkan di Aachen, Jerman

Alhamdulillah, telah hadir satu lagi anugerah terindah dalam hidup kami, yaitu kelahiran putra kedua kami, Erlangga Alvaro Makhfud pada tanggal 31 Oktober 2009 yang lalu di Aachen, Jerman.

Membahagiakan sekaligus menegangkan, karena pengalaman hamil dan melahirkan di negeri orang. Tapi alhamdulillah, semua dapat kami lalui dengan lancar, dan cukup mudah, karena walaupun cukup ribet, semua prosedurnya tidak menyulitkan.

Berawal dari keputusan kami untuk mempunyai anak lagi, setelah mendengar berita gembira teman-teman seperjuangan kami disini yang juga tengah mengandung. Kamipun tidak ingin ketinggalan euforia mendapatkan pengalaman luar biasa melahirkan dan membesarkan anak di luar negeri. 

Dan sepertinya memang sudah saatnya memberikan adik untuk kakak Rameyza Elya Makhfud, putri pertama kami yang awal tahun depan akan genap berusia 3 tahun.

Setelah positif hamil, pada usia kandungan 2 bulan, akupun mulai mencari dokter kandungan untuk memeriksakan kehamilanku. Banyak pilihan sebenarnya, tapi karena aku mencari yang paling ekonomis, pilihanku jatuh pada Dr. Bräcker.



Ia adalah satu-satunya dokter kandungan yang berdomisili di sekitar Haaren, Aachen tempat kami tinggal sekarang. Jaraknya dari Studentenwohnheim kami hanya 5 menit dengan berjalan kaki. Dan lagi karena semua biaya kesehatan sudah ditanggung asuransi, otomatis tidak ada biaya tambahan lagi yang harus kami keluarkan untuk tiap kali kunjungan check-up kesana.


Hanya saja, untuk setiap pelayanan kesehatan, bagi yang berusia 18 tahun keatas, per 3 bulan, ada biaya administrasi diluar asuransi yang harus dibayarkan, yaitu sebesar 10 €. Sekali bayar bisa berlaku untuk seluruh pelayanan dokter apa saja, dan dokter mana saja. Kecuali dokter gigi, kita masih harus membayar 10 € sendiri lagi.


Dr. Bräcker sudah cukup berumur, walaupun tidak tua sekali. Dia sangat cekatan, praktis, dan cukup humoris. Dan yang penting, dia mau dan bisa melayani pasien dengan berbahasa Inggris. Istri yang juga menjadi sekretarisnya pun sangat ramah dan mahir berbahasa Inggris.

Walaupun pada shift yang berbeda, ada sekretaris lain yang hanya bisa berbahasa Jerman. Yah, secara keseluruhan, cukup membantu untuk diriku yang hanya separuh-separuh bahasa Jermannya. Hehehe.. :) Jika Anda memerlukan referensi dokter kandungan di daerah Haaren, Aachen, berikut informasi tentang Dr. Bräcker.

Dr.med.Hans Peter Bräcker
Arzt f. Frauenheilkunde u. Geburtshilfe
Würselner Str. 4 – 52080 Aachen
Tel. 0241/169028 – Fax. 0241/169029
E-mail : dr.braecker@t-online.de
Internet : www.aixcyto.de

Di Jerman, setiap ibu hamil akan diberikan Mutterpass. Yaitu sebuah buku rekam medik ibu hamil, dimana tercatat semua hasil tes dan kontrol kesehatan selama seorang ibu mengandung hingga melahirkan.

Buku itu wajib dibawa setiap saat, bahkan jika kita harus pergi ke dokter selain dokter kandungan, agar bisa dipakai sebagai pedoman treatment kesehatan yang tepat pada ibu yang sedang mengandung.

Sudah menjadi standar di semua dokter kandungan, pada usia kandungan tertentu, akan dilakukan beberapa tes untuk mengontrol kesehatan ibu dan janin. Misalnya tes darah untuk mengetahui golongan darah maupun Rhesus ibu hamil, tes HIV, Toxoplasma dan lain-lain.

Pada kehamilan muda, dokter melakukan USG vaginal untuk melakukan pengecekan terhadap janin. Jika dirasa janin sudah cukup besar, hanya USG biasa seperti pada umumnya. Dan sejak umur kehamilan mencapai 32 minggu sampai saat melahirkan, dokter mulai melakukan CTG, yaitu untuk memeriksa kontraksi pada kehamilan.

Hal ini tentu berbeda dengan di Indonesia. Oleh karena itu, ini adalah salah satu kelebihan jika kita mengandung dan melahirkan di Jerman. Sedikit banyak, kita merasa tenang, karena kondisi ibu dan janin terkontrol dengan baik.

Hal yang unik yang berbeda dengan perlakuan bagi ibu hamil dan akan melahirkan di Indonesia dengan di Jerman adalah, di Jerman, tugas seorang dokter kandungan terbatas hanya melakukan kontrol selama seorang ibu mengandung.

Sedangkan seluruh proses melahirkan selanjutnya dilimpahkan dan menjadi tanggung jawab rumah sakit tempat kita memilih untuk bersalin. Jadi jangan bingung jika nanti dokter yang akan membantu kita melahirkan bukan dokter kandungan kita selama 9 bulan itu.

Tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena itulah fungsinya Mutterpass. Jadi tenaga medis di rumah sakit tetap dapat mengetahui kondisi ibu hamil yang akan melahirkan tersebut dengan detail.

Dan jangan juga menyamakan dengan di Indonesia, dimana tiap rumah sakit bisa kita datangi sewaktu-waktu jika kita akan melahirkan. Sebenarnya disini pun bisa saja, akan tetapi, karena harus sesuai prosedur, seorang pasien baru harus mengisi beberapa form aplikasi informasi kesehatan dan pribadi dirinya sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.

Jadi, daripada pada hari H kita kebingungan untuk melakukan formalitas tersebut sembari kita mengalami sakit melahirkan, maka sudah menjadi hal yang wajar jika di Jerman ini, wanita hamil disarankan pada usia kandungan 36 minggu sudah mulai mendaftarkan diri di rumah sakit yang ia pilih untuk bersalin. Hingga jika tiba saatnya nanti, tenaga medis rumah sakit tersebut bisa langsung fokus melakukan tindakan medisnya.

Erlangga Alvaro Makhfud lahir dengan berat 3240 gr, dan tinggi 49 cm. Ia lahir di Luisenhospital Aachen, salah satu rumah sakit di Aachen yang sudah menjadi langganan rumah sakit bersalin bagi sebagian besar warga negara Indonesia yang tinggal di Aachen.

Bahkan sampai muncul istilah alumni Luisenhospital, sebutan bagi putra-putri masing-masing ibu-ibu WNI yang made-in Luisenhospital Aachen itu.

Foto bayi Erlangga Alvaro Makhfud

Strategisnya lokasi Luisenhospital Aachen yang berada di dalam kota-lah mungkin yang menjadi salah satu pertimbangan para ibu memilihnya. Jika dibandingkan dengan beberapa rumah sakit terdekat, yaitu Uniklinik yang sudah berada di pinggir kota Aachen, atau bahkan Marienhospital yang sudah berada diluar kota Aachen. Pelayanan bisa dikatakan cukup memuaskan.

Jika Anda kurang mahir berbahasa Jerman, hampir seluruh dokter, dan sebagian perawat bisa berbahasa Inggris dengan baik. Walaupun tidak menutup kemungkinan, sekali dua kali kita harus terpaksa berbingung ria jika pada shift-shift tertentu yang tersedia hanya perawat yang bisa berbahasa Jerman.

Tapi biasanya kalau mereka bertanya, paling cuma yes-no questions kok. Jadi gampang jawabnya, Ja, oder Nein aja. Hehehe.. :) Berikut beberapa gambar dan informasi tentang Luisenhospital Aachen.
Foto depan Luisenhospital Aachen

Luisenhospital Aachen
Boxgraben 99 – 52064 Aachen
Kreiβsaal – Tel. 0241/4142403
Internet : www.luisenhospital.de

Untuk kelahiran normal keduaku ini, aku harus tinggal di rumah sakit selama 6 hari. Dan hal tersebut bisa dikatakan suatu hal yang wajar. Karena di Jerman, setelah bersalin, jika ingin diperbolehkan pulang, selain dokter kandungan yang menyatakan seorang ibu dalam keadaan sehat dan boleh pulang, dokter anak pun juga harus ACC dengan kondisi kesehatan bayi.

Jika di Indonesia, untuk kelahiran normal, dan bayi juga tidak ada masalah serius, dokter kandungan bisa ACC untuk pulang hanya dalam waktu 2-3 hari. Tapi terkadang, masalah muncul setelah kita sampai dirumah.

Tingginya nilai bilirubin pada bayi yang membuat bayi menjadi kuning (jaundice) terkadang tidak terdeteksi oleh para ibu. Padahal jika tidak ditangani dengan benar, bisa fatal akibatnya. Nah, di Jerman ini, kita baru bisa diperbolehkan pulang jika ibu dan anak sudah berada dalam kondisi yang terbaik.

Di Indonesia, jika seorang ibu mengalami kesulitan (atau lebih tepatnya kurang percaya diri) tentang bagaimana harus bertindak terhadap bayi yang baru lahir, baik cara menyusui dengan baik dan benar, cara memandikan, terlebih lagi karena tali pusar yang belum puput, ataupun beberapa hal yang lainnya, mungkin kita bisa memanggil seorang bidan untuk datang kerumah.

Dan hal ini pasti membutuhkan dana lebih. Selain keberatan dari segi ekonomi, biasanya bidan tersebut bisa jadi agak sulit ditemui/berkenan datang jika domisili nya cukup jauh dari tempat tinggal kita.

Di Jerman, jasa seorang bidan juga dapat kita peroleh. Disini seorang bidan disebut Hebamme. Bedanya dengan di Indonesia, di Jerman, seorang ibu yang baru melahirkan, dan akan pulang, selalu dipastikan oleh pihak rumah sakit agar menghubungi seorang Hebamme yang akan membantunya setelah tiba dirumah, bahkan selama diperlukan.

Tidak perlu khawatir akan biaya, karena semua ditanggung oleh pihak asuransi. Pihak rumah sakit sudah memiliki daftar Hebamme yang tersedia, dan jika Hebamme yang dipilih bisa mencocokkan jadwal dengan ibu tersebut, pasti dia akan datang, bahkan pada hari ketika kita baru tiba dari rumah sakit. Hebamme yang aku panggil saat itu bernama Silke Das Gupta-Bulau.

Dia cukup cekatan, efektif, praktis, ramah, dan pintar. Jago juga bahasa Inggrisnya. Sebut saja semua persoalan tentang bayi baru lahir, dia akan selalu menjelaskan dengan seksama dan jika ada kondisi darurat, ia akan hadir memberikan pertolongan pertama.

Rasanya setenang kedatangan dokter anak yang mengecek perkembangan bayi kita setelah keluar dari rumah sakit. Terlebih lagi kita tidak perlu keluar rumah, dan bisa setiap hari sampai kapanpun diperlukan jasanya kita pergunakan.

Terutama jika kita memberikan ASI ekslusif. Sampai usia bayi 6 bulan pun jasanya masih dapat kita gunakan. Jika Anda berdomisili di daerah Aachen, dan membutuhkan seorang Hebamme, berikut referensi yang bisa aku berikan:

Silke Das Gupta-Bulau
Hebamme
Wochenbettbetreuung
Brühlstraβe 71
52080 Aachen
Tel. 0241/9973331
Handy. 0175/9919123
E-mail : info@aachen-hebamme.de
Internet : www.aachen-hebamme.de

Nah.. menyenangkan kan pengalaman hamil dan melahirkan di Aachen, Jerman? Mau?? >_<


2 comments:

  1. Wah, sepertinya kalo hamil dan melahirkan di Indonesia sepertinya kurang begitu bagus dibanding di jerman ya ? Tapi semoga bayi sama ibu nya baik di indonesia maupun di jerman bisa sehat selalu.....

    ReplyDelete
  2. @Julia: Amin.. udah berapa bulan usia kandungannya nih?? mudah2an sehat yah. udah tau cewe ato cowo blom??

    ReplyDelete