Wednesday, October 29, 2008

This Is The Time

As being said in my previous blog, I was going to travel to Germany. I want to share the whole journey there from the very first start, which is flying with Etihad Airways. I can declare that this airline is the most economical choice.

I have compared it to any other airlines that provide a one way ticket from Indonesia to Frankfurt. Lufthansa, Cathay Pasific and Malaysian Airlines are some of the compared airlines. Believe me, they don’t suit a medium or even low financial condition. So, be smart!

Wednesday, October 22, 2008

Fly with Etihad Airways

Bukan maksud hati numpang iklan. Bahkan aku tidak dapat komisi sedikitpun dengan menuliskan nama maskapai ini di blog ku. Hehehe..

Anyway, berdasarkan pengalaman beberapa senior suamiku yang juga sedang menempuh studi S2 di Jerman, dan survey yang juga sudah dilakukannya, Etihad Airways bisa menjadi pilihan yang paling ekonomis untuk terbang ke Jerman.

Berikut alamat dan nomor telpon yang bisa dihubungi:

The final administrative effort

Finally, tanggal 15 Oktober 2008 ini bisa dibilang salah satu hari bahagiaku. Setelah menempuh lika-liku trial and error pengajuan visa tinggal di Kedutaan Jerman, akhirnya tercapai juga keinginanku. Pihak kedutaan menghubungi bahwa visa sudah jadi dan bisa diambil di Kedutaan Jerman di Jakarta. Alhamdulillah..

Secara teori, proses pengajuan visa tinggal di Jerman memakan waktu 6-8 minggu. Tapi seringkali, 6 minggu bukan menjadi waktu minimal terbitnya visa. Ada beberapa teman yang bahkan visa tinggal sudah jadi dalam waktu 4 minggu kurang 2 hari!

Sungguh prestasi yang aku rasa cukup membanggakan untuk pelayanan visa Kedutaan Jerman di Jakarta (diluar kekecewaan yang sebelumnya sering aku alami jika berhubungan dengan prosedur dan persyaratan pengajuannya). Visaku sendiri jadi tepat 5 minggu.

Letter of Sponsorship (Surat Sponsor)

Seperti yang sempat aku keluh kesahkan di blog ku sebelumnya tentang kesalahan surat sponsor pada aplikasi pengajuan visa ku, aku ingin share dengan teman-teman mengenai bentuk surat sponsor yang bisa diterima oleh Kedutaan Jerman (terutama untuk kasus pengajuan visa tinggal kumpul suami sepertiku).

Ada satu website yang bisa aku jadikan referensi tentang contoh-contoh bentuk surat sponsor untuk teman-teman, yaitu http://irha.wordpress.com/2007/01/. Cari dari beberapa contoh itu yang cocok dengan situasi anda.

Sedangkan untuk kondisiku, ada sesuatu yang spesial. Untuk sekedar gambaran, suamiku pegawai BUMN yang disekolahkan S2 di Jerman. Dan aku berencana untuk ikut tinggal disana bersama suamiku.


Honorary Consul of the Federal Republic of Germany

Setelah kesalahan yang lalu tentang kurangnya persyaratan pengajuan aplikasi visa di Kedutaan Jerman di Jakarta, aku kembali ke Surabaya, rumah orang tuaku. Suami sudah berangkat ke Jerman duluan, terpaksa aku balik kucing, sambil menunggu persyaratan Mietvertrag dari Jerman yang diurus oleh suamiku begitu dia sampai disana.

Tanpa menunggu terlalu lama, Mietvertrag-pun jadi, dan akupun pede untuk kembali mengajukan visa. Karena pertimbangan pengiritan biaya transportasi untuk kembali ke Jakarta lagi, aku mencoba memanfaatkan Konsul Honorer Kedutaan Jerman di Surabaya. Pengajuan aplikasi visa juga bisa dilakukan di beberapa Konsul Honorer berikut lho.

Monday, October 13, 2008

The Translation Dilemma

Sehubungan dengan berkas pengajuan visaku dan suami, kuselipkan cerita ini. Ada satu penyesalan yang agaknya harus aku bagi dengan kalian. Salah satu syarat berkas pengajuan visa adalah semua dokumen harus /di-translate-kan dalam bahasa Inggris atau Jerman.

Dan bukan translater sembarangan. Harus yang terdaftar di Kedutaan Jerman. Kebetulan kami memakai jasa salah satu translater di Jakarta. Karena ketakutan kami akan kepatuhan persyaratan tersebut, dengan gelap mata semua dokumen (yang non-Inggris) kami translate-kan ke bahasa Jerman.

Dan kami ceroboh, beberapa dokumen yang kami kira mendukung (walaupun ternyata tidak diperlukan) ikut kami translate-kan ke bahasa Jerman. Alhasil, voila! Tagihan pemakaian jasa translate saja bisa sampai jutaan! Gosh!

The Mistakes

Kekurangan yang aku pelajari pada pengajuan awal aplikasi visa tinggal yaitu Goethe Zertifikat A1 yang sudah harus ada (bukan hanya bukti kita sedang kursus bahasa), dan bukti tempat tinggal yang memadai (Mietvertrag).

Pada saat itu petugas Kedutaan tidak mengkoreksi atau memberikan perhatian pada syarat surat sponsornya, jadi aku pikir bentuk surat sponsor yang sempat aku cari contohnya yang cukup simple di internet sudah cukup.

Padahal tidak semudah itu. Dibagian lain blog ini kalian bisa mengambil hikmah dari pengalaman yang aku lalui mengenai surat sponsor.

Anyway, kembali ke masalah Mietvertrag, jelas-jelas suamiku hanya punya kepastian diterima oleh Universitas di Jerman, bukan kepastian sudah punya tempat tinggal. Suamiku bahkan sudah siap kalau terpaksa harus tinggal di hotel dulu beberapa hari. Dan aku pikir aku juga sudah siap menerima kondisi itu. Tapi ternyata hal tersebut tidak bisa diterima pihak Kedutaan.


Sunday, October 12, 2008

The Foolness

Seperti yang pernah kusebut pada blogku sebelumnya, kurangnya informasi dan sikap cuek terhadap persyaratan-persyaratan pengurusan visa merupakan kesalahan besar. Hal ini bukan hanya statement tanpa dasar semata, tapi benar-benar kebodohan yang aku alami.

Ya itu tadi, dengan modal cuek, merasa siapa tahu semua bisa dinego, akhirnya aku menghabiskan waktu , tenaga dan biaya pembelajaran yang tidak sedikit. Pada saat suamiku apply visa ke Kedutaan Jerman di Jakarta (pada saat itu bersamaan dengan program kursusnya di Bandung), akupun dengan persyaratan seadanya ikut mengajukan visa.

Berikut alamat dan jam kerja Kedutaan Jerman di Jakarta:

How To Pass The Goethe-Zertifikat A1 Test

Aku punya trik untuk kalian yang ingin lulus ujian A1 sebagai persyaratan mengurus visa tinggal di Jerman. Hal ini mungkin bisa membantu teman-teman yang kondisi keuangannya tidak begitu prima, sehingga tidak perlu les yang mahal-mahal. Karena biaya ujiannya sendiri sudah cukup menguras kantong.

Ada perbedaan jika kita niat belajar bahasa Jerman dengan mengikuti kursus, dibandingkan dengan hanya memerlukan keahlian bahasa Jerman sampai tahap tertentu untuk lulus ujian A1. Jika kita mengikuti kursus, ilmu yang diberikan benar-benar sampai detail, terutama structure. Dan aku jamin, structure bahasa Jerman benar-benar bikin pusing!

Akan tetapi jika hanya ingin lulus A1, tidak perlu seribet itu kok. Intinya, ujian A1 terdiri dari written examination, yaitu hören (listening), lessen (reading), schreiben (writing) dan oral examination, yaitu sprechen (oral) dalam sebuah grup atau berpasangan.

Saturday, October 11, 2008

The Deutsch Course

Berangkatlah kami ke Bandung. Untuk informasi, penerbit sertifikat bahasa Jerman A1 yang resmi adalah Goethe Institut. Dan berikut aku lampirkan daftar alamat Goethe Institut di Indonesia.

1. Goethe-Institut Bandung
Jl. L.L.R.E. Martadinata 48
Bandung 40115
Tel:+62 22 4236440
Fax:+62 22 4204041
E-mail : vl@bandung.goethe.org



First Step

Dengan modal nekat, aku akhirnya bertekad ikut-ikutan apply visa tinggal di Jerman, bersamaan dengan suamiku. Dengan harapan, kita berangkatnya bisa sama-sama. Untungnya, ada beberapa istri dari teman-teman suamiku yang satu tujuan. Jadi ada teman seperjuangan deh.

Semua info tentang pengurusan visa, baik persyaratan dan formulir aplikasi bisa di download di website Kedutaan Jerman. Websitenya http://www.jakarta.diplo.de/. Di website tersebut tercantum semua persyaratan pengurusan visa, dengan macam-macam keperluan.

Berikut aku lampirkan persyaratan pengurusan visa studi suami dan visa tinggal lebih dari 3 bulan karena mengikuti suami (kumpul keluarga) sesuai dengan kondisiku:

Good News

Begitu dapat info suami akan disekolahkan S-2 ke Jerman, wah, bisa dibayangkan kan gimana rasanya hati ini. Rasa syukur, bangga dan takut semua campur jadi satu. Syukur karena ini merupakan rahmat dan rejeki Allah SWT yang tidak terkira.

Bangga karena suamiku is a very qualified person and one of the best! Boleh dong bangga dengan suami sendiri. Makanya yang belum married, buruan cari HQJ, stands for High Quality Jomblo!

Anyway, rasa takut muncul salah satunya karena posisiku sudah bekerja. I’m employed. Mau ngga ikut, khawatir dianggap tidak bisa melaksanakan tugas istri dengan baik, yaitu melayani suami. Kalau ikut, rasanya lebih banyak yang dikorbankan : pekerjaan dan kemungkinan menabung karena tidak perlu tambahan biaya hidup lebih di negeri orang. Ada juga ketakutan-ketakutan yang muncul jika memang akhirnya aku ikut, dan harus survive hidup di negeri orang. Wah, ngga bisa dibayangkan.


A Journey – The Beginning

Akhirnya kuberanikan diri menulis blog ini, yang bercerita tentang tahap demi tahap perjuangan menuju perjalananku. Sambil menanti terbitnya visa tinggal ku dari Kedutaan Jerman, untuk tinggal di Aachen, Jerman, yang insya Allah tinggal dalam hitungan hari, semakin meyakinkan aku bahwa proses administrasi ini sudah 99% rampung.

Sisanya akan dianggap sukses kalau akhirnya bisa lolos melewati berbagai tahap administrasi di bandara, baik bandara Internasional Indonesia, maupun pihak custom di bandara International Frankfurt, Germany.

Info yang akan kuberikan ini seharusnya bisa bermanfaat bagi teman-teman yang akan traveling ke Jerman (umumnya, padahal sudah lebih khusus), dan bahkan pada khususnya, jika posisi teman-teman seperti saya, istri dari seorang pegawai BUMN yang ingin ikut menyusul suami study di luar negeri.

Karena aku berniat menemani suami study disana selama 2 tahun, mudah-mudahan info ini akan terus bertambah dan up to date seperti diary atau journal selama perjalananku. 



Kalau jaman dulu kita masih nulis diary di buku seperti ini:

SSLAND Ring Notebook Starry Night 21cm [N32KPP320] - Green (V)


(Aww.. Paris! Deket lho ama Jerman. Dengan visa Schengen kita juga bisa maen kesana kapan aja. You can buy it here though, for little notes and picture attach to share to your family back home)


Walaupun jaman sekarang nulis diary udah high tech: blogging, bisa langsung post dan di share ke semua orang di dunia, but sometimes, we could miss that old writings and clippings.

Well, semoga bermanfaat, and enjoy reading them!